26 Juni 2009

Beda training & awareness

Kita sering melihat dua kata di atas di standar-standar manajemen yang sebenarnya prinsipnya sama, yaitu mengenai kompetensi seseorang. Tapi sedikit perbedaan yang perlu diketahui agar di lapangan tidak membingungkan dan salah persepsi.

Pelatihan lebih cenderung berhubungan dengan kompetensinya terhadap pekerjaannya. Terutama berhubungan dengan instruksi kerja, SOP atau yang bersifat pelatihan kepemimpinan yang langsung berhubungan dengan operasional pekerjaan. Kalau pelatihan ini tidak efektif biasanya cara bekerja atau hasil pekerjaannya akan terganggu. Ada perusahaan mensyaratkan ujian dulu untuk memastikan seorang karyawan sudah lulus terhadap materi yang sedang dilatih, bahkan biasanya dibuatkan sertifikat sebagai bukti kelulusan. Contoh pelatihan sopir forklif, operator soldering, pengoperasian komputer, administrasi, pelatihan pemadam kebakaran, dll.

Sedangkan kalau awareness atau kesadaran, lebih cenderung kepada pengertian yang sifatnya konseptual tidak operasional. Yaitu yang sifatnya sebagai pendukung agar pelatihan lebih efektif hasilnya. Misalnya harus mengerti tentang kebijakan mutu perusahaan, harus mengerti tentang pentingnya perusahaan harus selalu memenuhi persyaratan pelanggan, kesadaran karyawan tentang pentingnya keselamatan kerja, pentingnya kebersiahn di tempat kerja, fdll.

Saat audit untuk masalah pelatihan biasanya ditanya dengan apa yang anda ketahui atau tolong praktekkan instruski kerja ini, dst. Namun untuk awareness biasanya ada kata mengapa atau apa, misal mengapa kualitas itu penting bagi pelanggan, apa kebijakan mutu perusahaan, mengapa harus ada analisa data sebelum melakukan perbaikan, dll.

Memang tidak mutlak seperti yang dijelaskan di atas, tapi paling tidak kita mengerti kapan kita bertanya mengenai training (pelatihan) dan kapan tentang awareness (kesadaran). Anda bisa mempelajari lebih detail pada standardnya langsung, mana yang harus training dan mana yang awareness.

Juni 2009.

Apa Kompetensi itu ?

Kita mungkin pernah membaca lowongan perkerjaan. Misalkan : dicari seorang supervisor produksi perlampuan, dengan pendidikan minimal D3, sudah pernah bekerja di bidang manufacturing minimal 3 tahun dan sudah pernah mendapatkan pelatihan mengenai teknis produksi lampu dan supervisor leadership. Bagi yang sesuai dengan persyaratan di atas silakan membuat lamaran kerja, dst. Persyaratan diatas itulah yang dinamakan kompetensi.

Masalah kompetensi dalam standard ISO 9001, ISO 14001 maupun OHSAS 18001 sangat diutamakan dan relatif sama persyaratannya, karena menyangkut masalah pentingnya sumber daya manusia yang mendukung tercapainya kebijakan, sasaran dan target perusahaan. Kita tahu bahwa faktor manusia adalah sumberdaya yang paling penting dan paling sulit dikendalikan dari pada sumber daya yang lain, seperti mesin, material, metoda dan lingkungan.

Saat akan menjabat suatu jabatan atau bila kita akan dipromosikan pada jabatan tertentu, biasanya akan ditanya apa persyaratan kompetensinya, apakah saya sudah masuk dalam kriteria sebelum dilakukan tes. Mengacu pada persyaratan di ISO 9001 kompetensi dibagi menjadi 4 hal, yaitu :

1. Pendidikan. Disini dipersyaratkan minimal pendidikannya harus apa. Tergantung dari jabatannya, semakin kearah manajemen biasanya dipersyaratkan minimal sarjana atau S1. Semakin operasional pekerjaannya, pendidikannya semakin mengarah pada ketrampilan kerja, bukan ketrampilan otak. Misal untuk pekerjaan pembungkusan barang cukup level SLTA, tapi untuk level engineer minimal harus sarjana (S1). Makanya di tempat saya kerja banyak operator yang malam harinya kuliah, karena mereka sadar kalau ingin karier naik dan masa depan lebih cerah, ya persyaratan pendidikan ini harus dipenuhi dulu. Saya pernah terbentur pada persyaratan kompetensi ini, hanya karena bukan lulusan S1, dia tidak bisa dipromosikan meskipun terlihat dia bisa melakukan tugas yang akan ditawarkan. Karena ini sudah menjadi aturan perusahaan.

2. Pengalaman. Walaupun sudah lulus pada level tertentu, belum tentu bisa melakukan pekerjaan tertentu dengan lancar kalau tidak punya pengalaman kerja. Pengalaman kerja juga bisa menunjukkan tingkat kedewasaan karyawan, karena sudah pernah ditempa masalah dan kesulitan, biasanya orangnya tersebut lebih tangguh. Tidak hanya tangguh dalam bidang teknis pekerjaannya juga tangguh dalam menghadapi orang. Makanya kenapa sering terjadi perploncoan saat baru jadi mahasiswa, tak lain salah satunya untuk mahasiswa tersebut lebih tahan bantingan dalam waktu sekejab yang membedakan antara siswa dan mahasiswa. Ada beberapa perusahaan tidak terlalu mempersyaratkan pendidikan tinggi, tapi diganti dengan pengalaman yang cukup.

3. Pengetahuan. Setelah punya latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memadai, masih belum cukup seseoang untuk menduduki jabatan tertentu. Ada beberapa pekerjaan yang harus dilatih dulu untuk menambah pengetahuannya, karena kalau tidak, akan terjadi banyak kesalahan . Misal pengetahuan mengenai spesifikasi produk, permesinan, statistik ataupun mengenai standar ISO 9001. Mereka dilatih agar mengerti dan bisa memahami bidang perkerjaan tertentu. Biasanya juga dilakukan pada karyawan baru yang mendapatkan "induction training", yaitu pengenalan pekerjaan.

4. Ketrampilan. Ada jenis pekerjaan tertentu tidak hanya mensyaratkan pengetahuan tapi juga ketrampilan artinya tidak hanya tahu pekerjannya tapi juga mampu bekerja. Misalkan untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja, banyak kompetensi pelatihan ini yang diharuskan punya. Contoh sopir forklif, operator crane, operator pengelasan, ahli pemadam kebakaran dll. Untuk bidang mutu misalkan harus trampil melakukan kalibrasi, inspeksi produk, melakukan pengukuran dll. Jadi lebih fokus pada praktek kerja.

Memang ada beberapa perusahaan yang tidak mensyaratkan semua keempat kompetensi tersebut, tidak masalah, asal bisa dijelaskan alasannya karena tergantung jenis pekerjaannya.

Paling mudah kalau persyaratan kompetensi diatas ditulis dalam suatu jenis dokumen yang sama. Misalkan untuk persyaratan pendidikan dan pengalaman ditulis dalam dokumen Job description atau diskripsi kerja, sehingga semua job title bisa langsung diketahui dan akan lebih terkendali.

Dan untuk pelatihan dan ketrampilan, biasanya sudah dituangkan dalam rencana pelatihan tahunan. Mana yang pelatihan yang cenderung ke pengetahuan dan mana yang ke ketrampilan.

Juni 2009.

24 Juni 2009

Audit yang efektif

Sering kita temukan di lapangan, internal audit sudah dilakukan, namun kinerja perusahaan tidak terlihat membaik. Apakah memang tidak ada hubungan antara internal audit dengan kinerja perusahaan. Tidak heran pernah terdengar, ada perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001 tapi tidak beberapa lama bangkrut.

ISO 9001 versi 2000 bahkan di versi 2008 yang terbaru, sebenarnya sudah mengakomodasi masalah ini. Terutama untuk memastikan kinerja perusahaan ("objective & target") masuk dalam satu "closed loop" suatu proses.

Mungkin kita perlu ketahui dahulu, apa itu efektif. Masih ingat artikel saya sebelumnya tentang topik EDIM + Ci. EDIM, yaitu "management system" yang kita kelola, seharusnya berdampak positif terhadap kinerja perusahan. Itu diwakili oleh Ci yaitu efektivitas dari "continual improvement". Jadi efektif berarti apabila kinerja perusahaan sesuai dengan sasaran dan targetnya, dimana sasaran dan target sudah mempertimbang semua faktor sdalam bisnis.

Apa sasaran perusahaan itu ?
Kalau berhubungan dengan ISO 9001, bisa jadi jumlah penurunan keluhan pelanggan, ketepatan pengiriman barang, kecepatan merespons keluhan pelanggan, peringkat hasil survei pelanggan, pengurangan jumlah uang karena produk ditolak, dll.

Maka, internal audit akan efektif apabila fokus pada sistim manajemen yang langsung dihubungkan dampaknya terhadap pencapaian kinerja perusahaan. Setiap melakukan audit di area tertentu pastikan selalu ada pertanyaan :

- apa sasaran mutu di dept. anda yang mendukung kinerja perusahaan ?
- berapa target yang sudah ditetapkan ?
- apakah target ini sudah sesuai dengan kepentingan bisnis & cukup menantang ?
- apakah target sudah mempertimbangkan SMART ?
- bagaimana hasil pencapaian bulan ini ?
- kalau keluar target, apakah sudah ada tindakan perbaikan ?
- apakah tindakan perbaikan sudah efektif ?, dst.

Dalam melakukan auditpun harus fokus dengan kinerja paerusahaan, anda bisa periksa dokumen "control plan", disana akan terlihat area mana yang significant mempengaruhi target perusahaan.

Pertanyaannyapun harus sistimatis, dalam memverifikasi suatu proses, contoh sbb :
- apakah SOP / prosedur sudah ditetapkan ?
- apakah SOP / prosedur sudah mendukung tercapainya kinerja perusahaan ?
- apakah orang yang melakukan SOP / prosedur sudah dilatih & mengerti ? ada bukti ?
- bagaimana cara pengendalian pelaksanaannya di lapangan ?
- apakah ada review untuk memastikan kinerja perusahaan selalu dicapai ? dst.

Dengan memastikan semua kegiatan internal audit fokus pada kinerja perusahaan, diharapkan akan berdampak positip, tentunya dengan dukungan penuh manajemen puncak, semua perbaikan dipastikan sudah "closed loop" hingga dirasakan sudah efektif (tercapai targetnya).

Semoga bermanfaat,

juni - 2009

19 Juni 2009

Bedah buku 2 : Jadi karyawan kaya (II)

Menurut Safir Senduk ada 5 Kiat agar sebagai karyawan bisa tetap menjadi kaya, yaitu :

1.Beli dan miliki sebanyak mungkin harta produktif

Caranya mudah, anda diminta untuk mendaftar “apa yang sudah kita kumpulkan sampai saat ini ?”. baik itu berupa harta di rumah (TV, radio, komputer, sofa, dll), harta tetap ( rumah, mobil spd motor, dll), harta di bank (tabungan, deposito, dll) dan harta lainnya (reksadana, dll). Daftar semuanya ke bawah sebanyak-banyaknya.
Setelah itu, coba semua harta di atas anda pisah sebagai harta produktif (harta yang bisa memberikan penghasilan atau apabila di jual akan memberikan keuntungan) dan harta konsumtif (harta yang tidak ada nilai tambah) dalam bentuk kolom-kolom.
Anda bisa terkaget, ternyata hanya berapa pos harta anda yang berupa harta produktif, kemungkinan hanya satu atau dua harta. Ingat rumah yang kita tempati adalah harta konsumtif bukan produktif. Harta konsumtif itu sekali lagi adalah yang bisa memberikan keuntungan untuk kita, bisa produk investasi, suatu bisnis, barang yang disewakan atau hak paten (barang ciptaan). Nah mulai sekarang, pelajari seluk beluk harta produktif yang bisa anda mulai rencanakan dan kumpulkan.

2. Atur pengeluaran anda

Sekarang anda diminta untuk mendaftar semua jenis pengeluaran uang anda tiap bulan, kalau sudah coba hitung berapa persen pengeluaran anda dibandingkan dengan pemasukannya. Jangan sampai defisit !Perlu usaha keras apabila terjadi defisit, karena bencana besar bisa muncul di masa mendatang.

Untuk menghindari pengeluaran yang tidak terkendali anda harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana yang sekedar keinginan, bisa memprioritaskan barang apa yang akan dibeli dulu dan pikir masak-masak sebelum mengeluarkan uang. Di sini anda tidak diminta untuk menjad orang yang kikir (medit), tapi anda harus berlatih untuk berpikir dulu dari segi manfaatnya sebelum membeli sesuatu.
Prioritaskan untuk membayar cicilan dahulu, premi asuransi dan biaya hidup sehari-hari.

3. Hati-hati dengan uang

Banyak dari kita senang “ngutang” dari pada “nabung”. Menabung itu bersusah-susah dulu baru nikmat kemudian, sedang ngutang bersantai dahulu baru merasakan susah di belakang. Dalam buku ini anda dilatih untuk menentukan kapan anda bisa berhutang serta tips berhutang yang aman itu bagaimana. Misal kita boleh hutang kalau itu harta produktif atau bila dijual nlainya pasti naik. Tips agar anda tidak stres akibat hutang misalnya tinjau kembali kemampuan anda untuk berhutang, jalan hubungan yang baik dengan si pemberi hutang, jangan kepada rentenir, serta kalau sudah terpaksa bisa gali lubang tutup lubang dulu.

4. Sisihkan pos-pos pengeluaran untuk masa mendatang

Ambil kertas dan tulis, pengeluaran apa saja yang anda rencanakan untuk masa mendatang. Misal pendidikan anak, masa pensiun, kepemilikan properti, membuat usaha / bisnis, piknik atau perjalanan ibadah, naik haji misalnya. Masing-masing di atas, tulis alternatif apa yang akan dilakukan untuk mempersiapkan dananya. Untuk itu anda harus sudah memikirkan untuk menyisihkan sebagian gaji dan bonus-bonus anda untuk kepentingan diatas.

5. Miliki proteksi

Anda harus punya dana cadangan apabila terjadi, misalnya kematian, kecelakaan, sakit, musibah pada rumah atau kendaraan, PHK, dll. Untuk memproteksi resiko-resiko di atas paling tidak anda harus : memilki asuransi (jiwa, kesehatan, kerugian, dll), punya dana cadangan darurat (kalau anda kehilangan penghasilan, untuk masa 3 sampai 6 bulan mendatang) atau memiliki penghasilan di luar gaji (agar pemasukan tetap lancar, meskipun penghasilan berhenti).

Di akhir bab Safir Senduk memberikan nasihat : jadilah anda sebagai orang yang tidak sekedar belajar, belajar dan belajar. Tapi biasakan apabila sudah belajar serta mengerti, segera anda lakukan atau praktekkan agar pengetahuan yang anda dapatkan bisa diambil manfaatnya.

Selamat mengelola uang dan bersiaplah untuk kaya.

Juni – 2009.

13 Juni 2009

Bedah Buku 2 : Jadi karyawan kaya (I)




Safir Senduk dikenal sebagai perencana keuangan yang tangguh. Buku yang aslinya berjudul “siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya ?” ini, cukup memberikan wacana dan pegangan untuk anda yang karyawan, untuk menjadi lebih kaya.

Di awal buku dijelaskan bedanya “penghasilan tinggi” dan “kaya”. Banyak orang yang berpenghasilan tinggi, karena kurang pintar mengelola uang, maka tidak juga menjadi kaya. Tapi orang yang berpenghasilan terbatas bisa hidup kaya dan makmur karena piawai mengelola dalam uang. Makanya ada orang yang kedudukannya tinggi , tapi tidak bisa kaya-kaya, karena penghasilan setinggi berapapun selalu habis.

Terus bagaimana dong caranya karyawan bisa menjadi kaya ?

Ada 3 paradigma yang perlu dimengerti oleh seorang karyawan, yaitu :
1. Berapapun gaji anda tidak akan menjamin anda bisa menumpuk kekayaan. Kalau gaji anda 1 juta misalnya, lalu dinaikkan menjadi 5 juta, apakah kekayaan bisa didapat ? belum tentu.
2. Jangan selalu menjadikan kondisi di rumah (hutang, boros, anak, dll), sebagai alasan untuk minta kenaikkan gaji. Perusahaan hanya member gaji anda sesuai job. Desc. ,bukan karena kondisi di rumah.
3. Menjadi kaya tergantung 100% pada apa yang anda lakukan terhadap keuangan anda, tidak selalu tergantung pada apa yang diberikan perusahaan.
Rahasianya sebetulnya adalah memaksimalkan penghasilan anda hingga bisa menjadi asset. Dengan menyisihkan sebagian penghasilan anda, berapapun jumlahnya.

Ada 3 trik untuk bisa menyisihkan penghasilan :
- Menabunglah dimuka jangan di belakang (bukan kalau ada sisa dari gajian lalu ditabung)
- Minta tolong kantor untuk otomatis memotongnya untuk anda (tabungan otomatis)
- Pakai celengan, tentunya dengan trik tertentu, misal, setiap ada 20rban langsung dimasukkan

Tulisan berikutnya akan menjelaskan 5 kiat mengelola uang agar karyawan bisa kaya.

(bersambung)
Juni - 2009

02 Juni 2009

Correction, Corrective & Preventive Action

Sering orang salah kaprah atau salah persepsi dengan kata-kata continuous improvement (perbaikan berkesinambungan) dan preventive action (tindakan pencegahan)

Dalam ISO 9000:2005 ataupun ISO 9001:2008 tidak ada kata continuous, yang ada adalah kata continual. Secara filosofis cukup besar bedanya. Kata continuous berarti terus melakukan perbaikan, terkesan tidak ada waktu review, pokoknya terus perbaikan. Kalau digambar seperti mainan peluncur anak kecil, meluncur tanpa henti.

Sedangkan continual perbaikan yang bertahap (step by step), jadi ada waktu untuk review agar perbaikan yang dilakukan efektif. Kalau digambar seperti tangga, ada waktunya berhenti untuk mengevaluasi ke belakang dan melihat ke depan.

Juga kata correction (koreksi), corrective action (tindakan koreksi), preventive action (tindakan pencegahan), sangat besar bedanya.

Sedikit penjelasan sbb :
Koreksi adalah menghilangkan masalahnya dan tidak perlu tahu akar penyebabnya. Misal produk defect, langsung dihancurkan atau direinspeksi 100%.
Tindakan koreksi adalah menghilangkan akar penyebabnya agar masalahnya tidak terulang lagi. Istilah ini, orang sering salah menyebut dengan tindakan pencegahan.

Padahal tindakan pencegahan adalah menghilangkan potensi akar penyebab masalah, dan masalahnya belum terjadi / ada. Misal, belum ada defect (cacat) tapi kita melihat dari data SPC ada trend datanya menjelek (trend turun). Maka sebelum menjadi merah, kita selidiki potensi penyebabnya untuk mencari solusinya.

Jadi hati-hati dengan kata-kata : continuous improvement dan preventive action, semoga tidak salah kaprah lagi.

Juni - 2009

Beda dokumen dan rekaman

Di standar ISO 9001:2008 rekaman (record) adalah bagian dari dokumen.
Dokumen adalah informasi dengan media yang mendukungnya.
Sedangkan rekaman adalah bukti bahwa suatu aktivitas sudah dilakukan.
Biasanya saya memakai rumus :
Rekaman (record) = Formulir + data

Perbedaan paling gampang antara dokumen dan rekaman adalah :
- dokumen masih bisa direvisi
(kalau direvisi ada persyaratan yang harus diikuti)
- rekaman tidak bisa direvisi, karena merupakan sejarah masa lalu
(kalau direvisi bisa dikatakan pemalsuan)

Selain itu, syarat penyediaan dokumen cukup sampai "identiable", jadi selama sudah diidentifikasi tempatnya maka sudah cukup. Tapi kalau rekaman juga harus "retrievable" yaitu harus bisa segera disediakan / ditunjukkan.
Katanya auditor, kan kalau dokumen mau buat lagi lama waktunya, perlu aturan,
nah kalau rekaman gak sampai 10 menit anda bisa buat rekaman kilat.

Yang lain, kalau dokumen diatur masa kadaluarsanya (obsolete), sedangkan rekaman diatur masa ditahannya (retention).

Contoh :
Formulir rencana produksi termasuk apa ?
Kalau sudah terisi datanya maka disebut catatan.
Formulirnya sendiri adalah dokumen yang harus dikendalikan.

Juni - 2009